Stase Jiwa

Hai apakabar kalian? Sudah 6 tahun saya hiatus dari dunia perblogeran . Saat ini saya kembali sebagai “aku yang dulu bukanlah yang sekarang” gak deng becanda, aku masih sama seperti yang dulu πŸ˜‚.

Agak terkejut juga bagaimana aku bisa ada di stase ini, rencana Allah memang tidak ada yang tau tugas kita sebagai manusia hanya bisa berdoa dan berusaha sisanya biar tangan Allah yang mengatur alur hidup kita. 


Yang aku rasakan saat ini setelah masuk ke dunia medis semuanya terasa jadi terang benderang. Memang darknya ada di dunia akuntansi jadi yasudah aku memilih ke jalan yg lebih terang wkwkwkwk. Proses membelah diri memang perlu adaptasi secara cepat, mengingat dunia medis memerlukan tenaga kesehatan yang cekatan, telaten dan teliti. Sedihnya lagi aku masuk angkatan Covid dimana pasien sedang banyak-banyaknya, disinilah skill mulai di uji πŸ₯². 

Dari beberapa stase yg kulewati menurutku stase kejiwaanlah yang paling melelahkan. Yang dimana diriku dipertemukan dengan pasien2 odgj tanpa diberitahukan riwayat penyakitnya. Tugas kami adalah menemui pasien odgj, memberikan beberapa pertanyaan pancingan kepada mereka untuk mencari benang merahnya dan mendiagnosa. Apakah benar sesuai dengan catatan dokter dan sesuai dengan riwayat penyakitnya?? Jika benar, Selamat anda dinyatakan LULUS πŸ˜‚. Sayangnya di stase kejiwaan ini lumayan menguras energi dan emosi, jujur aku ga kuat lama2 di tempat itu. 

Cerita lucu yang mungkin bisa ku ambil hikmahnya yaitu aku dipertemukan dengan pasien itu, ku ajaklah dia ngobrol dan dia sangat antusias menceritakan pengalaman hidup di Masa lalunya. Inilah yg kami nantikan, cerita dari mereka sebagai bahan informasi tentang penyakitnya. Pada pertemuan di awal pasien menunjukan fisik yang aneh, matanya kosong, bicaranya datar, jalannya lambat. Aku membuka jalan obrolan, cerita yang sangat dramatis bukan hanya di drakor netflix nyatanya aku menonton drakor di depan mataku sendiri secara gratis. Obrolan sudah mulai tak menentu arahnya, pembicaraan melompat-lompat dan yang terkocak ketika pasien menceritakan ada yang menendangnya dan membuat wajahnya lebam. Pasien menceritakan sedetil-detilnya bagaimana rasanya ditendang dan melihat sosok yang menendang wajahnya. 

Sudah mulai ketemu benang merahnya, tugasku semakin dipermudah, selanjutnya diriku menanyakan tentang sosok yang dia lihat serta memberikan dia kesempatan untuk mendeskripsikan sosok tersebut. Dan tentu saja sesuai dugaan awal, pasien mendeskripsikan sosok yang menurut akal sehat kami ini gak logis. Pembicaraan semakin melebar lalu dia menunjukan bekas lebam di pipinya dengan ekpresi kesakitan πŸ˜‚. Aku ikut menenangkan dengan berpura mengkompres bekas lebam di pipinya hahahaha padahal lebam di pipinya itu tidak ada alias tu muka bersih banget 🀣. Kertas sudah penuh dengan catatan diagnosa dariku bahwa pasien mengalami delusi. 

Delusi salah satu gejala khas dari gangguan mental, skizofrenia, bipolar, demensia, psikosis. Namun delusi juga bisa dialami oleh orang yang depresi berat atau terkena parkinson. Pasien ini jelas tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak. Dan menganggap bahwa yang dialami dan dilihat benar-benar terjadi dan meyakinkan diriku bahwa ini fakta. Fakta bahwa pipinya lebam karna ditendang orang πŸ˜‚. Setelah sesi tanya jawab selesai, aku menemui dokter dan memberikan hasil catatanku, dan benar saja tak ada satupun yang keliru di kertas catatanku setelah diperlihatkan riwayat penyakitnya beserta obatnya. Rasanya plooooooong bahagia sujud syukur karna aku ga perlu lama-lama ataupun mengulang stase yang melelahkan ini. Alhamdulillah pengalaman yang gak akan pernah terbayar dengan apapun. Setelah melewati stase ini, rasanya seperti lebih mudah untuk mengenali seseorang dari bicaranya. Acuannya begini, orang yang terlihat sehat dan beraktifitas setiap harinya belum tentu sehat jiwanya. Mungkin iya secara jasmani terlihat “badannya bagus ya” oh dia kerjanya akunting ya pasti pinter tuh karna ketemunya angka dan hitungan. Belum tentu ya bestie… jangan tertipu dengan fisiknya, acuan ada di dalam pembicaraannya. Dan selalu perhatikan tingkahnya, apakah dia lebih mudah marah kepada hal-hal kecil? Jangan membayangkan orang dengan gangguan jiwa semuanya seperti yang dipinggir jalan, tidak pakai baju, ngga mandi itu termasuk gangguan jiwa berat. Ada juga orang dengan gangguan jiwa tapi bisa beraktivitas seperti biasa. Yuk kita lebih teliti, lebih care untuk mengenali tanda-tandanya di awal sebelum orang terdekat kita mengalami keparahan. Tuhan selalu memberikan petunjuk kepada siapa saja yang mau menerimanya dengan hati yang rendah 😊 . Cukup sekian dulu, semoga artikel ini bermanfaat ya buat teman-teman seperstase’an. Sampai jumpa di artikel selanjutnya 🀎




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perubahan Organisasi dan Manajemen stres

Yang Ku Tuliskan Adalah Cinta :')