Gerbang Dialog



Kemana perginya mereka? Sosok yg dulu pernah ku lihat, sosok yg dulu mengharapkan bantuan dariku kini sama sekali tak kujumpai lagi. Sudah lama memang aku berhasil mengendalikan diri, aku berhasil menutup gerbang itu dengan maksud supaya hidupku lebih nyaman. Tidak melulu dilibatkan dengan sosok yg beda alam, beda dimensi. Kalian boleh percaya atau kalian juga boleh menganggapku pembohong. Aku tidak akan menyalahkan pendapat kalian. Kalian juga yg pada akhirnya yg membuat semua ini terungkap ke permukaan. Satu per satu cerita bermunculan karna rasa penasaran yg keluar dari pertanyan-pertanyaan kritis kalian. Gerbang itu tak selalu dengan mudah terbuka, kadang dialog itu mengalir begitu saja. Kadang aku merasa terusik, tidak dapat menemui kedamaian. Awal april 2015 adalah puncaknya dimana telinga, mata, dan isi kepala memutar rekaman yg tak semestinya aku lihat. Disinilah aku merasa benar-benar down hingga akhirnya aku jatuh sakit karna selalu memendam semuanya sendirian. Apesnya adalah puncak dimana aku sedang fokus dengan UTS. Pecah rasanya saat membagi antara belajar dan masalah ini. Jangankan setiap belajar, saat aku mencoba istirahat pun aku masih harus mendengar sesuatu yg tak jelas dari mana asalnya. Akhirnya aku tak bisa tidur hingga pukul setengah 4 pagi baru keadaan mulai hening. Ku pakai waktu hening itu untuk tidur.

Aku terlena dengan kesibukan UTS untuk berusaha fokus tidak menghiraukan apapun itu dan ternyata aku berhasil. Aku tak lagi diganggu dengan rekaman-rekaman aneh, aku menemukan ketenangan sampai aku tersadar bahwa aku tak bisa merasakan apa-apa lagi. Aku tak bisa melihat, mendengar suara aneh, bahkan aku tak bisa lagi meraga sukma. Aku benar-benar menjadi orang yang tidak tau apa-apa. Aku tak lagi menjumpai sahabatku, aku tak lagi melihat dia yg tinggal di sumur tua, aku tak lagi melihat dia yg pertama kali kujumpai di depan lift kampus, benar-benar seperti orang buta. Apakah mereka sudah pulang dengan tenang? Tapi aku tak yakin mereka sudah menemukan jalan pulang. Ataukah mungkin ini yg dikabulkan dari doaku? Dalam keadaan emosi aku pernah berdoa untuk sementara saja dihilangkan penglihatanku yg kurang normal ini. 

Doaku sudah terjawab, aku memang sudah tenang jauh lebih tenang daripada hari kemarin. Tapi justru sekarang aku yg bertanya-tanya tentang keberadaan makhluk itu, aku merasa bersalah menganggap ini adalah kutukan. Padahal mereka datang hanya ingin bercerita tentang masa lalunya. Kata tolong yang terucap dari mulutnya membuat hatiku berempati. Hal yg harus kalian tau bahwa kata tolong yang terucap dari orang yg sudah tiada akan berbeda 180 derajat dari intonasinya, dan kalian akan merasakan kepedihan yang mendalam hingga kalian bingung bagaimana cara menolongnya. Itulah yg dulu aku rasakan, ada rasa iba yg mendalam dan ada rasa takut yg mengikuti. Hingga akhirnya akulah yg memutuskan untuk menutup gerbang dialog ini. Aku belum merencanakan kapan membukanya lagi, mungkin ini adalah waktunya untuk merenung. Yaaaahhhh... itupun kalau masih bisa dibuka. Aku tak kecewa tapi aku hanya merasa kesepian, biasanya dengan suara-suara dan meraga sukma, aku seperti memiliki dunia baru dan orang-orang baru dimana aku bisa bercerita seperti ini. Apabila gerbang ini tertutup rapat dan tak lagi bisa dibuka, aku tak akan lagi memiliki cerita. Pasti aku kesepian, ya seperti sekarang ini aku tak bisa lagi mengetahui dimana keberadaan sahabatku dan aku berharap semoga ini hanya sementara. 
Dari Allah, saya serahkan lagi hanya pada Allah.......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perubahan Organisasi dan Manajemen stres

Yang Ku Tuliskan Adalah Cinta :')